Blogger Widgets

Jumat, 19 Juli 2013

Harusnya kamu tau aku nggakpernah sekuat itu.



Akhirnya, aku sampai pada tahap ini. Posisi yang sebenarnya tak pernah kubayangkan aku terhempas begitu jauh dan jatuh terlalu dalam tentu saja kau pikir ini berlebihan karena kamu tak pernah ada dalam posisiku, kamu tak merasakan sesaknya jadi aku. Aku belum mengerti mengapa semua berakhir sesakit ini? Setiap hari setiap waktu aku selalu berusaha menganggap semuanya baik-baik saja. Bisakah kau bayangkan rasanya jadi seseorang yang selalu menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja? Kamu takbisa. Tentu saja. Kamu bukan perasa.
Aku berusaha semampuku untuk membahagiakanmu, namun nampaknya usahaku tak begitu terlihat di matamu. Setiap hari aku berusaha menerima kenyatan dan perubahan itu, aku sadar aku bukanlah sosok yang kau inginkan. Memang aku tak pernah mempermasalahkan pengabaiannya, aku merasa bukan seseorang yang penting dalam hidupnya, karena memang jarang memperlakukanku layaknya orang penting dalam hidupnya. Aku berusaha untuk tetap terlihat kuat, asalkan melihat namanya tertera dilayar handphone itulah yang kuartikan bahagia.
Hari demi hari aku berjalan dan berdiri tanpamu, sungguh begitu hebatnya aku tidak berkeluh dihadapanmu, dihadapan teman-temanku semuanya aku simpan seolah aku selalu merasa bahagia tanpa beban. Aku harap suatu saat kamu akan kembali, aku tidak tahu kapan tapi aku harus percaya. Disela-sela pembicaraan aku selalu menjadi api, aku tidak sadar bahwa hal itu [mungkin] yang membuat kamu mulai jenuh dan lagi-lagi kamu selalu mencoba tersenyum untuk bisa menahan bebanmu ini.. aku. Yah memang, karena terlalu sering, jadi tidak kelihatan. Cinta yang didepan mata, seakan aku anggap hal biasa; yang aku baikan. Karena yang memilih pergi lebih dulu kamu disini aku Cuma bisa mengimbangi, Cuma berusaha menerima kamu yang sudah jauh berbeda.
 Aku sudah tau kalau kamu sudah punya penggantiku. Betapa mudah bagimu untuk melupakan segalanya. Aku juga ingin sepertimu ysng mudah bahagia tanpa melibatkan kehadiran masalalu.
Aku sudah bosan dengan mata bengkak karena menangis, sudah bosan melamun karena disakiti, dan sudah bosan merasa lelah karena terlalu sering dibuat menunggu
Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis, aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, meskipun tak pernah benar-bernah tinggal. Seandainya kau tahu perasaanku dan bisa membaca perasaanku, mungkin kamu akan berbalik arah padaku. Tapi, aku hanyalah persinggahan, tempatmu meletakkan kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang