Blogger Widgets

Jumat, 05 April 2013

Hai, cepat bermainlah padaku seperti dulu.


“lalu bagaimana jika tahun depan hasil ronsenanmu itu yang berawarna putih makin melebar? Kamu tidak takut?”
“buat apa takut, kalau ada mujizat ya alhamdulliah, kalau gaada ya pasrah sama Allah sayang, sudah jangan kawatirkan aku, jangan lupa makan kamu belum makan hari ini kan? Kamu tidak mau sakit seperti aku ini kan?”
“apa artinya hidup kalau sebagian dari nyawaku sakit? Seharusnya satunya juga sakit”
“kamu pintar gombal rupanya, sebentar aku tutup dulu ya ada ayah”
Sedikit percakapan membuat hatiku lega, ya walaupun hanya diujung telefon yang kadang sinyal memutuskan kita.
Tapi aku senang, aku senang selalu bersamamu.
Apa yang salah dari kita? Semua sama dimata Tuhan, tidak ada yang dibedakan dimana yang sembuh tercipta dengan yang sembuh bahkan sebaliknya.
Senin aku menunggu...
Selasa aku masih menunggu dan melihat, melihat apakah kau baik-baik saja.....
Rabu kau masih tak ada disini, pagi hari atau kemudian..
Kamis juga masih kosong
Jum’at, sabtu, atau minggu, tiada hari tanpa merindukanmu... tiada hari kau akan kembali..
Menjadi tua dalam hari-hari kita, dimana kau ada disampingku, hari dimana kita saling berpegangan tangan.
Berapa lama aku akan seperti ini? Aku tak tahu, berapa bulan, atau berapa tahun?
Berapa miliar kenangan masa lalu kita bersama, aku selalu merindukanmu.
Aku ingin memberitahumu bahwa kau telah berhasil sejak awal, tapi aku aneh selalu saja membayangkan orang yang sudah lenyap mungkin ditelan bayangan.
Tahukah kau, saat kurebut hapemu kutemukan pesan dari teman perempuanmu. Kau tahu aku terluka? Tapi aku berusaha untuk menutupinya. Mengapa waktu kita selalu salah?
Tahukah permintaanku itu? Tapi kamu membalasnya “bisakah kita berteman saja” rela merendahkan emansipasiku, hanya demi menuruti perasaanku, perasaan yang teraabaikan.
Tuhan aku harus apa? Apa Kau bosan dengan laki-laki yang belakangan ini sering aku curhatkan padaMu? Apa Kau akan tertawa jika aku menangisi nya? Apakah aku konyol? Jawab Tuhan! jangan diam! Bicaralahhh!
Jika aku bisa menggantikan posisinya, biarkan aku saja..
Jika aku bisa melakukannya biar aku saja yang menghadapMu Tuhan..
Merelakan nyawa untuk orang? Mungkin bodoh, tapi apa buat untuk orang yang kita sayang? Apa saja rela.
Terlentang di Rumah Sakit, taukah saat itu aku takut sekali? Takut dengan jarum suntik? Takut dengan jarum yang akan dimasukan kedalam tanganku berhari-hari? Bayangkan....
Kamu bilang “jarum itu nggak sakit, aku sering digituin, kamu kuat kok”
Begitu bodohnya kamu merayu aku, dengan cara apapun aku tidak akan percaya bahwa jarum ditusukkan kedalam tubuh itu tidak sakit, mustahil. Tapi yasudahlah, aku rela demi kesembuhanku.
Tahukah kamu jam 8 lebih lima aku mulai diruang oprasi, tahukah kamu, aku hampir nangis, ya aku memang cengeng lalu kamu bilang lagi
“kalau kamu takut kamu berdoa. kamu dibius, kamu gabakal sakit, kalau kamu tidak percaya yaudah kalau sampai sakit besok waktu masuk sekolah pukul aku sekuatmu, sampai tanganmu lecet juga gapapa, ayoo semangat katanya kangen aku:p”
Aku percaya, dengan muka pasrah aku menidurkan diri diruang oprasi rasanya dingin, sedikit gelap, banyak gunting, tangan kakiku diikat, ada alat detak jantung ditempelkan di dada dan dijepitkan ditanganku, obat bius yang dimasukan secara perlahan kedalam infusku sangat dingin rasanya, sakit sekali. Demi nama Bapa Putra dan Roh Kudus....
Memang cinta bisa mengalahkan segalanya, termasuk rasa takut
3 jam aku tak sadarkan diri sudah tiba diruang ICU, mulutku yang masih ditutup dengan oksigen, mataku yang sangat sayu sangat susah untuk dibuka, suaraku yang pelan....... “suster mana mama” “mama diruang bawah non, sabarya kamu harus better rest tidak boleh gerak”
Jam 3 sore akhirnya aku dipindahkan kekamarku, “ma hape ma, mama tadi aku gakerasa apa2 lho”
Aku rasa ada yang kurang.......
“sukses?”
“sukses dong”
“kan, yes aku gak jadi dipukuli aku bilang juga apaa?”
“kamu dimana?”
“rumah sakit”
Kenapa? Penyakitmu kumat lagi? Kenapa penyakitmu, macam penyakit yang tidak bisa dioprasi? Kenapa hanya tergantung obat? padahal obat tidak menjamin nyawamu? Tahukah kamu aku selalu sedih, selalu berdoa untuk kamu? Cuma itu yang bisa kulakukan, menangis. Kita memang hampir terpisah, tapi perasaanku belum bisa lepas darimu. Aku takut kehilangan seseorang yang tak lagi kumiliki... kamu. Percayalah kamu kuat, lebih kuat dari berat badanmu tuan, saya yakin.

Dibuat jam 7 malam setelah dia menelfon saya dan curhat pada saya
Maaf sedikit kuedit kata-kata-mu hehe

untuk dia yang baru


Awalnya, matamu dan senyum tak berarti apa-apa bagiku. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi alasan senyumku setiap harinya. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap dan menyeringai santai.
Kita saling bercanda, menertawakan diri sendiri, tanpa tahu bahwa rasa itu menyelusup tanpa ragu dan mulai mengisi labirin-labirin hatimu dan hatiku yang telah lama tak diisi oleh seseorang yang special.
Tatapan matamu, mulai menjadi hal yang tak biasa di mataku.
Caramu mengungkapkan pendapat, tak lagi menjadi hal yang kuhadapi dengan begitu santai. suara tawamu menghipnotis bibirku untuk melengkukan senyum manis, menyambut lekuk bibirmu yang tersenyum saat menatapku.
Aku tahu semua berubah menjadi begitu indah, sejak pembicaraan special yang begitu menyenangkan bagiku. Aku bertanya ragu, inikah kamu yang tiba-tiba mengubah segalanya jadi merah jambu?
Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari mulutku. Saat mendengar sapaanmu, tercipta rasa yang begitu lemah untuk kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku diam saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam rindu yang sekarat.. aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kauciptakan dalam magisnya kehadiranmu. Astaga Tuhan, ciptaanMu yang satu ini membuatku pusing tujuh keliling.

jangan dibaca ya nanti kamu ketawa, aku memang konyol -_-